Nulis Saja Dahulu, Proofreading Belakangan!

Bagi pemikir,
buah fikirnya hanya akan bersemayam dalam fikiran jika tak diucapkan dan ditulis
Bagi pembicara,
pembicaraannya hanya akan menguap lewat suara bila tak dituliskan
Bagi penulis ,tulisannya akan tersimpan dalam catatan jika tak dipublikasikan.
Bagi penulis media, tulisnnya akan tertimpa materi tulisan lain jika tak dibukukan
Maka,...
ucapkan dan tuliskan yang ada dalam fikiran.
Publikasikan dan bukukan apa yang sudah ditulis,
agar banyak orang yang dapat membacanya.
Abadi dalam bentuk kumpulan buah fikiran yang tertulis dan tersusun rapi dalam sebuah buku.


Resume ke : 12
Gelombang : 28
Tanggal : 03 Februari 2023
Tema : Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan
Nara Sumber : Susanto, S.Pd.
Moderator : Helwiyah, S.Pd.M.M.


Pernahkah membaca tulisan yang salah ejaan dan typo pengetikan ?

Bagaimana rasanya? Jika kita di posisi penulisnya , apa yang harus dilakukan sebelum tulisan dipublish?

Untuk menjawab pertanyaan diatas, malam ini (3/2) Susanto, S.Pd. hadir sebagai nara sumber dalam pertemuan ke -12 KBMN gelombang 28, yang akan mengupas tuntas materi "Proofreading sebelum Menerbitkan Tulisan”. Beliau ditemani moderator cantik Ibu Ewi. 

Bapak Susanto, S.Pd. adalah seorang Guru Bloger dari Musi Rawas. Aktif dalam dunia kepenulisan, dibuktikan dengan posisinya sebagai pengurus merangkap anggota Grup Blogger Lagerunal (Cakrawala Blogger Guru Nasional). Selain itu beliau telah menjadi anggota AISEI (Association for International-Minded School Educators Indonesia) sejak 25 Desember 2021 silam. Sebagai seorang yang senang berbagi beliau memiliki motto hidup: tergerak, bergerak, menggerakkan.

Bagi seorang penulis, setelah selesai ‘menulis’, atau tulisannya ‘jadi’ langkah selanjutnya adalah melakukan swasunting atau self editing.

Ada 4 kegiatan yang dilakukan dalam swasunting, yaitu;

1. Endapkan tulisan selama beberapa waktu, jadi tidak langsung memposting atau mengirimkan pada penerbit.
2. Meminta teman membaca tulisan kita. Bisa juga diri sendiri dengan cara membacanya secara lantang.
3. Meminta seorang Proofreader
4. Menggunakan aplikasi atau editing tools.

Apa itu Proofreading?

Proofreading adalah tahap terakhir dari proses editorial dan tujuannya adalah untuk menemukan kesalahan yang terlewatkan oleh penulis, editor, dan perancang buku atau formatter.


Mengapa harus melakukan proofreading?

Karena untuk meminimalisir kesalahan dalam penulisan, untuk itu Proofreading merupakan tahapan penulisan yang sebaiknya tidak kita lewatkan. Terutama jika kita berniat untuk menerbitkan karya tulis kepada khalayak luas atau mempublikasikan, contohnya menulis di kompasiana.com atau di blog pribadi

Kapan kita melakukan proofreading?


Proses menulis melalui 3 tahapan seperti pada gambar diatas. Yaitu; Drafting, Proofreading dan Redrafting. Dimanakah letak Proofreading? Yaitu setelah tulisan jadi, jangan melakukan Proofreading ketika tulisan masih setengah jalan. Karena kemungkinan besar tulisan tersebut tidak jadi atau tidak utuh sesuai yang diharapkan. Nah pada kegiatan Proofreading, kita akan memeriksa konten, tata bahasa, kosa kata, dan juga penulisan serta kaidah – kaidah sesuai kaidah Bahasa Indonesia.


Apa perbedaan Proofreading dan Editing?

Dikutip dari laman uptbahasa.untan.ac.id, Proofreading adalah proses peninjauan kembali sebuah teks dilihat dari aspek kebahasaan dan penulisannya. Tujuannya adalah guna mengecek kembali bahwa teks atau esai yang akan diserahkan sudah bebas dari kesalahan pengetikan (typo), kesalahan ejaan, kesalahan grammar, atau kesalaha-kesalahan mendasar lainnya.

Sementara editing, orangnya disebut editor, memeriksa lebih dari itu. Untuk penerbit Mayor, editor menyesuaikan dengan misi perusahaan penerbitan, standar tulisan. Sedangkan Proofreader melakukan uji baca pada tulisan. Bahkan di beberapa jurnal, mereka mewajibkan para penulis untuk mem-proofread artikel mereka terlebih dahulu sebelum dikirim ke editor


Bagaimana Tips Melakukan Proofreading ?

(1) Perhatikan detail (proofreading adalah jenis membaca yang berbeda. Kita harus membaca setiap huruf, setiap tanda baca, setiap spasi.

(2). Membaca dengan lancang ( mendengar kata-kata akan membantu kita mendengar kesalahan yang tidak dilihat mata.

(3) Baca perlahan (tulisan nonfiksi yang padat dan bersifat teknis, akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengoreksi daripada yang lain.

(4). Beristirahat dan berbaik hati pada diri sendiri (proofreading membutuhkan fokus yang intens karena sulit untuk mempertahankan fokus dalam jangka waktu yang lama.


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Proofreading

Tugas seorang proofreader bukan hanya membetulkan ejaan atau tanda baca. Seorang proofreader juga harus bisa memastikan bahwa tulisan yang sedang ia baca bisa diterima logika dan dipahami. untuk itu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
  • Apakah sebuah kalimat efektif atau tidak?
  • Susunannya sudah tepat atau belum?
  • Substansi sebuah tulisan dapat dipahami oleh pembaca atau tidak?
Alat utama yang digunakan untuk membantu kita melakukan proofreading, adalah KBBI dan PUEBI yang sejak 16 Agustus 2022 diganti dengan EYD. Ketetapan itu merujuk pada Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek Nomor 0424/I/BS.00.01/2022 tentang Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.

Aplikasi editing tools yang dapat digunakan antara lain adalah Google Docs, Langkah-langkahnya dapat disimak pada video berikut.

Untuk mengetahui alat proofreading lainnya silakan simak juga ulasannya pada link berikut. 

Demikian ulasan materi malam ini. semoga tercerahkan dan semakin bersemangat menuju buku solo ☺️💪🏻

Berbaris-baris dahulu,
memanjat dinding kemudian,
nulis-nulis saja dahulu,
lakukan proofreading belakangan.

4 تعليقات

إرسال تعليق

أحدث أقدم