Jadilah Penulis Idealis – Industrialis, Untuk Menembus Penerbit Mayor

 

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian― Pramoedya Ananta Toer

 

Resume ke : 26
Gelombang : 28
Tanggal : 8 Maret 2023
Tema : Menjadi Penulis buku Mayor
Nara Sumber : Joko Irawan Mumpuni
Moderator : Raliyanti

Setiap penulis mempunyai impian kalau bukunya dapat diterbitkan oleh penerbit mayor. Tapi tidak semudah itu menjadi penulis buku yang bukunya dapat diterbitkan Mayor. Hari ini, Rabu (8/3)  di kelas KBMN 28 Bapak Joko irawan Mumpuni membagikan  ilmunya  agar karya kita dapat  tembus penerbit Mayor.  Beliau adalah seorang  Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi Yogyakarta. Beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY, penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP.

Yuuk, simak ulasannya berikut ini.

Sebelum membahas bagaimana agar tulisan kita dapat diterbitkan oleh penerbit mayor, mari kita mengenal tentang penerbitan itu sendiri.


Penerbit adalah  Industri kreatif yang didalamnya ada kolaborasi insan-insan  kreatif yaitu; Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis. Saat ini dan mendatang akan bertambah insan-insan kreatif bidang lain yang akan bergabung seiring dengan perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher 5,0. yang memanfaatkan teknologi IT untuk menerbitkan karya- karya kreatif.

Sekarang mari kita mengenal  jenis-jenis buku yang  ada di dunia.

Terdapat jenis-jenis buku didunia ini, klasifikasi jenis buku  tersebut digambarkan  dengan grafis yang mirip sirip ikan sebagai berikut;

Ada dua kategori besar jenis buku adalah buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Non Teks (buku-buku populer). Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebuat buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks  dibagi dua lagi menjadi buku Fiski dan Non Fiksi. Sehingga grafisnya akan tergambar seperti ini:

Dan buku Perguruan tinggi dibagi dua lagi menjadi buku Eksak dan Non Eksak.


Bagaimanakah gambaran perbukuan di Indonesia? Berikut adalah hasil surveynya.

Presentase jumlah orang yang membeli buku dalam setahun adalah 65% perempuan dan 61% pria. Hasil survey menunjukkan bahwa orang Indonesia paling banyak membeli buku di toko, sekitar 47%, 31% nya di perpustakaan dan 12% membeli dari teman. Faktor utama seseorang membeli buku berdasarkan survey tersebut adalah 43% karena harga diskon, 33% karena direkomendasikan teman dan 27% nya dampak dari review blogger. 6% karena buku tersebut telah di filmkan, 41% karena buku pemenang penghargaan  dan sekitar 49% merupakan desisi sendiri.

Masih menurut survey di atas Genre fikso yang paling terpopuler adalah buku – buku Thrifer (33%), Sci-fi dan fantasi (31 %) , sejarah (29%) dan Romansa (25%).

Alasan orang membeli buku juga beragam, mulai karena suka membaca (49%), untuk belajar atau pekerjaan ( 27%), sebagai obat penghilang stres (16%) atau sekedar untuk hadiah 8%.

Sayangnya sedikit sekali orang yang membeli buku sekali dalam seminggu hanya sekitar 17%, 4% membeli buku dalam 2 minggu, 23% membeli buku dalam sebulan dan 56%nya membeli buku beberapa kali dalam setahun.

Lalu jenis tulisan apa yang paling diminati di kalangan pembaca? Berikut hasil surveynya.


Buku fiksi 75%, Non fiksi 41%, Buku Bisnis 33%, Sains populer sekitar 31%, Literatur hobi 24% dan sisanya 22% adalah literarur sains dan textbook.

Dan terkait dengan tulis- menulis, dimanakah posisi kita sebagai penulis? Tentu harapannya kita bisa berada pada level teratas ya.... Seperti gambar berikut ini.


Selanjutnya kita  membahas tentang ekosistem penerbitan.  Ekosistem  Industri penerbitan bila digambar secara utuh dan lengkap maka gambarannya sebagai berikut;

Namun  bila disederhanakan akan menjadi seperti ini:


Industri penerbitan buku sangat terkait erat dengan tingkat literasi masyarakat.Sayangnya, tingkat literasi bangsa Indonesia sampai saat ini masih rendah dibanding negara-negara tetangga sekawasan. 

Faktor penghambat pertumbuhan industri penerbitan ataupun literasi antara lain adalah:

Yang pertama, Minat Baca yang rendah, baik berupa budaya membacanya, kurangnya bahan bacaan ataupun kualitas bacaan itu sendiri.

Kedua, Minat menulis yang juga rendah. Budaya tulis yang masih kurang, ketidaktahuan prosedur menulis dan penerbitan serta banyaknya anggapan yang salah tentang dunia penulisan dan penerbitan.

Dan faktor yang ketiga adalah Rendahnya Apresiasi Hak cipta. Masih banyaknya pembajakan, duplikasi non legal dan perangkat hukum yang kurang memadai.

Selain itu juga berkembang  kebiasaan baru di masyarakat saaat ini adalah mudah percaya pada HOAX atau berita bohong.

Bahasan selanjutnya adalah  bagaimana proses penerbitan mulai dari  memasukan atau mengirinmkan naskah buku ke penerbit hingga buku itu terbit dan beredar. Berikut bagan yang dapat pembaca amati.

Cukup rumit ya..?

Setelah mengetahui proses bagaimana naskah buku dari awal sampai beredar dipasaran, Saatnya kita mengetahui  Penerbit yang baik dan Penerbit yang perlu diwaspadai. Berikut point-poinnya;

1.     Pilihlah penerbit yang baik, dengan ciri-ciri sebagai berikut:

                  a.       Memiliki visi dan misi yang jelas

b.      Memilik busines core lini produk tertentu

c.       Memiliki pengalaman sebagai penerbit

d.      Mempunyai jaringan pemasaran

e.       Memiliki percetakan sendiri

f.        Memiliki keberanian mencetak jumlah eksemplar dan

g.      Jujur dalam pembayaran royalti.

2. Waspadai penerbit yang memiliki sebagai berikut:

a.       Hanya bertindak sebagai broker naskah

b.      Alamat tidak jelas

c.       Tidak ada dokumen perjanjian penerbitan yang baik

d.      Tidak memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri

e.       Tidak memiliki percetakan sendiri

f.        Prosentase royalti tidak wajar serta

g.      Laporan keuangan yang tidak jelas.      

Nah sekarang mengapa kita harus menulis? Apa sih yang didapatkan ketika penulis tersebut sudah berhasil menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi?

Setidaknya ada 4 hal yang akan didapatkan seorang penulis ketika bukunya berhasil diterbitkan, yaitu:

1.  Kepuasan yang merupakan kebutuhan batin. Buku sebagai sebagai sebuah karya monumental yang akan dikenang sepanjang masa.

2. Reputasi, Buku sebagai karya yang terpublikasiakan meningkatkan reputasi penulisnya.

3. Peningkatan karir, meliputi adanya kebutuhan peningkatan status jabatan dan peluang karir pada institusi atau perusahaan dimana penulis tersebut bekerja.

4. Peningkatan finansial, berupa Uang. yang didapat dari royalti, diskon pembelian langsung ataupun kesempatan mengajar, mengisi seminar yang akan mendatangkan uang tersendiri.

Pertanyaan besar yang sering muncul adalah apa kriteria gar naskah buku dapat diterima oleh penerbit untuk dapat diterbitkan. Karena tidak semua naskah dapat diterima. Sebagai contoh penerbit ANDI itu tiap bulan menerima naskah masuk bisa sampai 500 nasakah. Namun yang diterima untuk diterbitkan hanya 50 Judul saja. Berikut kriteria penilaiannya:

1. Editorial, dengan bobot 10%

2. Peluang potensi pasar, bobot 50%-100%

3. Keilmuan, bobot 30%

4. Reputasi penulis, bobot 10 -100%

 


Tema naskah yang dapat diterbitkan juga merupakan tema-tema populer yang dapat dinilai dengan data. salah satu data yang dapat digunakan adalah trend dari google trend. Begitupun dengan judul-judul buku yang akan diterbitkan menggunakan istilah kekinian mengikuti perkembangan zaman.  Sebagai contoh, judul buku tentang “pemasaran” akan menarik jikak diganti dengan “marketing” dan ternyata buku menjadi lebih laku dipasaran ketika menggunakan istilah “Intelligent Marketing”.

Bagaimana cara penerbit mengukur reputasi penulis? Dalam hal ini penerbit memakai data salah satunya dari Google Scholer/Cendekia. Penerbit ANDI memiliki syarat minimal umlah sitasi adalah 2000 agar naskah dapat diterima. Reputasi penulis sangat berpengaruh, maka ketika Prof.Eko Indrajit ada program nulis bareng dengan guru, semua Penerbit Andi terima. Mengapa? Disana tercantum nama Prof.EkoJi sebagai salah satu penulisnya.

Bagaimana cara menentukan jumlah cetak atau oplah. Perhatikan gambar berikut ini ada 4 kwadran berikut:

 

Penerbit akan sangat berhati hati jika ada buku-buku yang bertema memiliki Pasar sempit dan Lifecicly pendek, namun penerbit akan senang dengan tema-tema  buku yang memiliki LifeCycle panjang dan market lebar.

Pertanyaan lain yang banyak ditanyaka adalah Masalah Selingkung, Bagi penerbit ANDI memakai gaya selingkung apapun yang dipakai penulis. Salah satu buku yang pakai selingkung Vancouver Style. 


Sebagai seorang penulis, anda termasuk penulis yang idealis atau industrialis? Untuk memahaminya, berikut ciri-cirinya dari masing-masing kelompok:

A.  Penulis berfikir Idealis, ciri-cirinya:

ü Menulis tidak begitu memperhatikan kebutuhan pasar

ü Tidak begitu suka dengan campur tangan pihak lain

ü Imbalan finansial tidak begitu penting

ü Kesempurnaan sebuah karya lebih penting daripada produktifitas. 

B.  Penulis berfikir Industrialis

ü Menulis dengan sangat  memperhatikan kebutuhan pasar

ü Terbuka dan lapang dada terhadap segala intervensi pihak lain

ü Imbalan finansial merupakan tujuan utama

ü Terkadang  kesempurnaan sebuah karya tidak lebih penting daripada produktifitas 

Pertanyaannya, Mana yang lebih baikdari kelompok diatas? Ternyata  dua-duanya baik bagi penerbit. Sehingga penerbit akan memakai kombinasinya seperti ini:

C.  Penulis berfikir Idealis – Industrialis

Ø Tetap memperhatikan kebutuhan pasar, namuntetap berani ambil sikap yang berbeda dari kebanyakan penullis lain

Ø Meskipun terbuka terhadap masukan orang lain, tetap mempunyai pendirian yang kokoh.

Ø Imbalan finansial memang penting, namun tetap memperhatikan kualitas.

Ø Keseimbangan antara kesempurnaan karya dan produktifitas 

Berikut gambaran kuadran kategori penulis berdasarka pengaruh produktivitas dan kualitasnya. 

Sementara Level materi dan lebar pasar digambarkan sebagai berikut:

 

Jadi tentu penerbit akan menerima naskah buku yang memiliki pangsa pasar yang luas.

 Demikian pembahasan materi kali ini. Semoga bermanfaat!

Bila Kau bukan anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. (Al Ghazali)

 



Post a Comment

أحدث أقدم