Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian. ―
Gelombang : 28
Tanggal : 8 Maret 2023
Tema : Menjadi Penulis buku Mayor
Nara Sumber : Joko Irawan Mumpuni
Moderator : Raliyanti
Setiap penulis
mempunyai impian kalau bukunya dapat diterbitkan oleh penerbit mayor. Tapi tidak
semudah itu menjadi penulis buku yang bukunya dapat diterbitkan Mayor. Hari ini,
Rabu (8/3) di kelas KBMN 28 Bapak Joko
irawan Mumpuni membagikan ilmunya agar karya kita dapat tembus penerbit Mayor. Beliau adalah seorang Direktur Penerbitan dari Penerbit Andi
Yogyakarta. Beliau juga tercatat sebagai anggota Dewan Pertimbangan IKAPI DIY,
penulis buku bersertifikat BSNP dan Asesor BNSP.
Yuuk, simak
ulasannya berikut ini.
Sebelum
membahas bagaimana agar tulisan kita dapat diterbitkan oleh penerbit mayor,
mari kita mengenal tentang penerbitan itu sendiri.
Penerbit
adalah Industri kreatif yang didalamnya
ada kolaborasi insan-insan kreatif yaitu;
Penulis, Editor, Layouter, Ilustrator dan desain grafis. Saat ini dan mendatang
akan bertambah insan-insan kreatif bidang lain yang akan bergabung seiring
dengan perkembangan dunia penerbitan yang kini sudah mengarah pada Publisher
5,0. yang memanfaatkan teknologi IT untuk menerbitkan karya- karya kreatif.
Sekarang mari
kita mengenal jenis-jenis buku yang ada di dunia.
Terdapat jenis-jenis buku didunia ini, klasifikasi jenis buku tersebut digambarkan dengan grafis yang mirip sirip ikan sebagai berikut;
Ada dua kategori besar jenis buku adalah buku Teks (buku sekolah-kampus) dan buku Non Teks (buku-buku populer). Buku sekolah disebut buku pelajaran sedangkan kampus disebuat buku Perti (perguruan tinggi). Buku Nonteks dibagi dua lagi menjadi buku Fiski dan Non Fiksi. Sehingga grafisnya akan tergambar seperti ini:Dan buku
Perguruan tinggi dibagi dua lagi menjadi buku Eksak dan Non Eksak.
Presentase jumlah
orang yang membeli buku dalam setahun adalah 65% perempuan dan 61% pria. Hasil
survey menunjukkan bahwa orang Indonesia paling banyak membeli buku di toko,
sekitar 47%, 31% nya di perpustakaan dan 12% membeli dari teman. Faktor utama
seseorang membeli buku berdasarkan survey tersebut adalah 43% karena harga
diskon, 33% karena direkomendasikan teman dan 27% nya dampak dari review
blogger. 6% karena buku tersebut telah di filmkan, 41% karena buku pemenang
penghargaan dan sekitar 49% merupakan
desisi sendiri.
Masih menurut
survey di atas Genre fikso yang paling terpopuler adalah buku – buku Thrifer
(33%), Sci-fi dan fantasi (31 %) , sejarah (29%) dan Romansa (25%).
Alasan orang
membeli buku juga beragam, mulai karena suka membaca (49%), untuk belajar atau pekerjaan ( 27%), sebagai obat penghilang stres (16%) atau sekedar untuk hadiah 8%.
Sayangnya
sedikit sekali orang yang membeli buku sekali dalam seminggu hanya sekitar 17%,
4% membeli buku dalam 2 minggu, 23% membeli buku dalam sebulan dan 56%nya
membeli buku beberapa kali dalam setahun.
Lalu jenis
tulisan apa yang paling diminati di kalangan pembaca? Berikut hasil surveynya.
Buku fiksi 75%,
Non fiksi 41%, Buku Bisnis 33%, Sains populer sekitar 31%, Literatur hobi 24%
dan sisanya 22% adalah literarur sains dan textbook.
Dan terkait
dengan tulis- menulis, dimanakah posisi kita sebagai penulis? Tentu harapannya kita
bisa berada pada level teratas ya.... Seperti gambar berikut ini.
Selanjutnya
kita membahas tentang ekosistem
penerbitan. Ekosistem Industri penerbitan bila digambar secara utuh dan
lengkap maka gambarannya sebagai berikut;
Industri penerbitan buku sangat terkait erat dengan tingkat literasi masyarakat.Sayangnya, tingkat literasi bangsa Indonesia sampai saat ini masih rendah dibanding negara-negara tetangga sekawasan.
Faktor penghambat pertumbuhan industri
penerbitan ataupun literasi antara lain adalah:
Yang pertama, Minat
Baca yang rendah, baik berupa budaya membacanya, kurangnya bahan bacaan ataupun
kualitas bacaan itu sendiri.
Kedua, Minat
menulis yang juga rendah. Budaya tulis yang masih kurang, ketidaktahuan
prosedur menulis dan penerbitan serta banyaknya anggapan yang salah tentang
dunia penulisan dan penerbitan.
Dan faktor yang
ketiga adalah Rendahnya Apresiasi Hak cipta. Masih banyaknya pembajakan,
duplikasi non legal dan perangkat hukum yang kurang memadai.
Selain itu juga
berkembang kebiasaan baru di masyarakat
saaat ini adalah mudah percaya pada HOAX atau berita bohong.
Bahasan selanjutnya
adalah bagaimana proses penerbitan mulai
dari memasukan atau mengirinmkan naskah
buku ke penerbit hingga buku itu terbit dan beredar. Berikut bagan yang dapat
pembaca amati.
Cukup rumit ya..?
Setelah mengetahui proses bagaimana naskah buku dari awal sampai beredar dipasaran, Saatnya kita mengetahui Penerbit yang baik dan Penerbit yang perlu diwaspadai. Berikut point-poinnya;
1. Pilihlah penerbit yang baik, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
b.
Memilik
busines core lini produk tertentu
c.
Memiliki
pengalaman sebagai penerbit
d.
Mempunyai
jaringan pemasaran
e.
Memiliki
percetakan sendiri
f.
Memiliki
keberanian mencetak jumlah eksemplar dan
g.
Jujur
dalam pembayaran royalti.
2. Waspadai penerbit yang memiliki sebagai berikut:
a.
Hanya
bertindak sebagai broker naskah
b.
Alamat
tidak jelas
c.
Tidak
ada dokumen perjanjian penerbitan yang baik
d.
Tidak
memiliki jaringan pemasaran dan distribusi sendiri
e.
Tidak
memiliki percetakan sendiri
f.
Prosentase
royalti tidak wajar serta
g. Laporan keuangan yang tidak jelas.
Nah sekarang mengapa kita harus menulis? Apa sih yang didapatkan ketika penulis tersebut sudah berhasil menerbitkan buku secara profesional dan diterbitkan oleh penerbit yang bereputasi?
Setidaknya ada 4 hal yang akan didapatkan seorang penulis ketika bukunya berhasil diterbitkan, yaitu:
1. Kepuasan yang merupakan kebutuhan batin. Buku sebagai sebagai sebuah karya monumental yang akan dikenang sepanjang masa.
2. Reputasi, Buku sebagai karya yang terpublikasiakan meningkatkan reputasi penulisnya.
3. Peningkatan karir, meliputi adanya kebutuhan peningkatan status jabatan dan peluang karir pada institusi atau perusahaan dimana penulis tersebut bekerja.
4. Peningkatan finansial, berupa Uang. yang didapat dari royalti, diskon pembelian langsung ataupun kesempatan mengajar, mengisi seminar yang akan mendatangkan uang tersendiri.
Pertanyaan besar yang sering muncul adalah apa kriteria gar naskah buku dapat diterima oleh penerbit untuk dapat diterbitkan. Karena tidak semua naskah dapat diterima. Sebagai contoh penerbit ANDI itu tiap bulan menerima naskah masuk bisa sampai 500 nasakah. Namun yang diterima untuk diterbitkan hanya 50 Judul saja. Berikut kriteria penilaiannya:
1. Editorial, dengan bobot 10%2. Peluang potensi pasar, bobot 50%-100%
3. Keilmuan, bobot 30%
4. Reputasi penulis, bobot 10 -100%
Tema naskah
yang dapat diterbitkan juga merupakan tema-tema populer yang dapat dinilai
dengan data. salah satu data yang dapat digunakan adalah trend dari google
trend. Begitupun dengan judul-judul buku yang akan diterbitkan menggunakan
istilah kekinian mengikuti perkembangan zaman.
Sebagai contoh, judul buku tentang “pemasaran” akan menarik jikak
diganti dengan “marketing” dan ternyata buku menjadi lebih laku dipasaran
ketika menggunakan istilah “Intelligent Marketing”.
Bagaimana cara
penerbit mengukur reputasi penulis? Dalam hal ini penerbit memakai data salah
satunya dari Google Scholer/Cendekia. Penerbit ANDI memiliki syarat minimal
umlah sitasi adalah 2000 agar naskah dapat diterima. Reputasi penulis sangat
berpengaruh, maka ketika Prof.Eko Indrajit ada program nulis bareng dengan
guru, semua Penerbit Andi terima. Mengapa? Disana tercantum nama Prof.EkoJi
sebagai salah satu penulisnya.
Bagaimana cara menentukan jumlah cetak atau oplah. Perhatikan gambar berikut ini ada 4 kwadran berikut:
Penerbit akan sangat berhati hati jika ada buku-buku yang bertema memiliki Pasar sempit dan Lifecicly pendek, namun penerbit akan senang dengan tema-tema buku yang memiliki LifeCycle panjang dan market lebar.
Pertanyaan lain yang banyak ditanyaka adalah Masalah Selingkung, Bagi penerbit ANDI memakai gaya selingkung apapun yang dipakai penulis. Salah satu buku yang pakai selingkung Vancouver Style.
Sebagai seorang
penulis, anda termasuk penulis yang idealis atau industrialis? Untuk
memahaminya, berikut ciri-cirinya dari masing-masing kelompok:
A.
Penulis berfikir Idealis, ciri-cirinya:
ü
Menulis
tidak begitu memperhatikan kebutuhan pasar
ü
Tidak
begitu suka dengan campur tangan pihak lain
ü
Imbalan
finansial tidak begitu penting
ü Kesempurnaan sebuah karya lebih penting daripada produktifitas.
B.
Penulis berfikir Industrialis
ü
Menulis
dengan sangat memperhatikan kebutuhan
pasar
ü
Terbuka
dan lapang dada terhadap segala intervensi pihak lain
ü
Imbalan
finansial merupakan tujuan utama
ü Terkadang kesempurnaan sebuah karya tidak lebih penting daripada produktifitas
Pertanyaannya, Mana
yang lebih baikdari kelompok diatas? Ternyata dua-duanya baik bagi penerbit. Sehingga
penerbit akan memakai kombinasinya seperti ini:
C.
Penulis berfikir Idealis – Industrialis
Ø Tetap memperhatikan kebutuhan pasar, namuntetap
berani ambil sikap yang berbeda dari kebanyakan penullis lain
Ø Meskipun terbuka terhadap masukan orang lain,
tetap mempunyai pendirian yang kokoh.
Ø Imbalan finansial memang penting, namun tetap
memperhatikan kualitas.
Ø Keseimbangan antara kesempurnaan karya dan produktifitas
Berikut gambaran kuadran kategori penulis berdasarka pengaruh produktivitas dan kualitasnya.
Sementara Level
materi dan lebar pasar digambarkan sebagai berikut:
Demikian pembahasan materi kali ini. Semoga bermanfaat!
Bila Kau bukan
anak raja, juga bukan anak ulama besar, maka menulislah. (Al Ghazali)
Posting Komentar